Blog ini adalah suara seorang pengelana - musafir kehidupan yang ingin berbagi inspirasi dari apa saja yang pernah di dapatnya kepada siapa saja yang sedang merindukan oase kehidupan...

Rabu, 11 Agustus 2010

Tomorrow will be Better (明天会更好/明天會更好)

(1 )轻轻敲醒沉睡的心灵,慢慢张开你的眼睛
(1 )qīng qīng qiāo xǐng chén shuì de xīn líng ,màn màn zhāng kāi nǐ de yǎn jīng
(2 )看那忙碌的世界是否依然孤独地转个不停
(2 )kān nà máng lù de shì jiè shì fǒu yī rán gū dú de zhuǎn gè bù tíng
(3 )春风不解风情,吹动少年的心
(3 )chūn fēng bù jiě fēng qíng ,chuī dòng shào nián de xīn
(4 )让昨日脸上的泪痕,随记忆风干了
(4 )ràng zuó rì liǎn shàng de lèi hén ,suí jì yì fēng gàn le
(5 )抬头寻找天空的翅膀,候鸟出现牠的影迹
(5 )tái tóu xún zhǎo tiān kōng de chì bǎng ,hòu niǎo chū xiàn 牠de yǐng jī
(6 )带来远处的饥荒无情的战火依然存在的消息
(6 )dài lái yuǎn chǔ de jī huang wú qíng de zhàn huǒ yī rán cún zài de xiāo xi
(7 )玉山白雪飘零,燃烧少年的心
(7 )Yù shān bái xuě piao1 líng ,rán shāo shào nián de xīn
(8 )使真情溶化成音符,倾诉遥远的祝福
(8 )shǐ zhēn qíng róng huà chéng yīn qīng 诉yáo yuǎn de zhù fú
(9 )唱出你的热情,伸出你双手
让我拥抱着你的梦,让我拥有你真心的面孔
(9 )chàng chū nǐ de rè qíng ,shēn chū nǐ shuāng shǒu
ràng wǒ yōng bào zhāo nǐ de mèng ,ràng wǒ yōng yǒu nǐ zhēn xīn de miàn kǒng
(9 )让我们的笑容,充满着青春的骄傲
为明天献出虔诚的祈祷
(9 )ràng wǒ men de xiào róng ,chōng mǎn zhāo qīng chūn de jiāo ào
(10 )谁能不顾自己的家园,抛开记忆中的童年
(10 )shéi néng bù gù zì jǐ de jīa yuán ,pāo kāi jì yì zhōng de tóng nián
(11 )谁能忍心看他昨日的忧愁,带走我们的笑容
(11 )shéi néng rěn xīn kān tā zuó rì de yōu chóu ,dài zǒu wǒ men de xiào róng
(12 )青春不解红尘,胭脂沾染了灰
(12 )qīng chūn bù jiě hóng chén ,yān zhī zhān rǎn le huī
(13 )让久违不见的泪水,滋润了你的面容
(13 )ràng jiǔ wéi bù jiàn de lèi shuǐ ,zī rùn le nǐ de miàn róng
(9 )唱出你的热情,伸出你双手    让我拥抱着你的梦,让我拥有你真心的面孔
让我们的笑容,充满着青春的骄傲 为明天献出虔诚的祈祷
(9 )chàng chū nǐ de rè qíng ,shēn chū nǐ shuāng shǒu ràng wǒ yōng bào zhāo nǐ de mèng ,ràng wǒ yōng yǒu nǐ zhēn xīn de miàn kǒng ràng wǒ men de xiào róng ,chōng mǎn zhāo qīng chūn de jiāo ào wéi míng tiān xiàn chū qián chéng de qí dǎo
(14 )轻轻敲醒沉睡的心灵,慢慢张开你的眼睛
(14 )qīng qīng qiāo xǐng chén shuì de xīn líng ,màn màn zhāng kāi nǐ de yǎn jīng
(15 )看那忙碌的世界是否依然孤独地转个不停
(15 )kān nà máng lù de shì jiè shì fǒu yī rán gū dú de zhuǎn gè bù tíng
(16 )日出唤醒清晨,大地光彩重生
(16 )rì chū huàn xǐng qīng chén ,dà dì guāng cǎi chóng shēng
(17 )让和风拂出的音响,谱成生命的乐章
(合唱)唱出你的热情,伸出你双手
 让我拥抱着你的梦,让我拥有你真心的面孔
 让我们的笑容,充满着青春的骄傲
 让我们期待明天会更好
(17 )ràng hé fēng fú chū de yīn xiǎng ,pǔ chéng shēng mìng de lè zhāng
(hé chàng )chàng chū nǐ de rè qíng ,shēn chū nǐ shuāng shǒu ràng wǒ yōng bào zhāo nǐ de mèng ,ràng wǒ yōng yǒu nǐ zhēn xīn de miàn kǒng ràng wǒ men de xiào róng ,chōng mǎn zhāo qīng chūn de jiāo ào
ràng wǒ men qī dài míng tiān huì gèng hǎo
(9 )唱出你的热情,伸出你双手
让我拥抱着你的梦,让我拥有你真心的面孔
让我们的笑容,充满着青春的骄傲
让我们期待明天会更好
(9 )chàng chū nǐ de rè qíng ,shēn chū nǐ shuāng shǒu ràng wǒ yōng bào zhāo nǐ de mèng ,ràng wǒ yōng yǒu nǐ zhēn xīn de miàn kǒng ràng wǒ men de xiào róng ,chōng mǎn zhāo qīng chūn de jiāo ào

Selasa, 10 Agustus 2010

Tomorrow Will Be Better

Tomorrow will be Better (明天会更好/明天會更好) is a song written by Taiwanese songwriter Lo Ta-yu. It was created in 1985 under the inspiration of the single We Are the World and celebrates 40 years of Taiwanese indepedence from Japanese colonial rule.

Tomorrow Will Be Better

When You Wake Up In The Morning
when You Haven't Started To Think
there Is A Whole Brand New Day
open Wide And Waiting For You
i Know In Life's Sorrow,
you're On The Verge Of Drowning
may Your Tears Flea With Yesterday
blow Away With The Wind

when You Wake Up In The Morning
when You Haven't Started To Think
the World Is Out There Calling Open
eyes To New Beginning
a Newborn Sun Is Shinning
chasing Shadows From Your Mind
everything Will Be Alive,
under The Sunshine's Smile

come Out From Your Corner
no Doubt In Join Us
you Can Decide The Future
devote Your Youthful Power To This World
come Together, Hand In Hand Together
i Know You'll Do
we Pray And Believe
that Tomorrow Will Be Better.

no, I Don't Know What Your Name Is
but You're So Familiar To Me
cause We Belong To One Family
you Can Hear My Heart Calling
life Can Be Music,
rainbows Can Be Reached
if You Face Yourself Truly
keep Striving For Your Dream

come Out From Your Corner
no Doubt In Join Us
you Can Decide The Future
devote Your Youthful Power To This World
come Together, Hand In Hand Together
i Know You'll Do
we Pray And Believe
that Tomorrow Will Be Better.

when You Wake Up In The Morning
when You Haven't Started To Think
there Is A Whole Brand New Day
open Wide And Waiting For You
i Know In Life's Sorrow,
you're On The Verge Of Drowning
may Your Tears Flea With Yesterday
blow Away With The Wind

come Out From Your Corner
no Doubt In Join Us
you Can Decide The Future
devote Your Youthful Power To This World
come Together, Hand In Hand Together
i Know You'll Do
we Pray And Believe
that Tomorrow Will Be Better.

come Out From Your Corner
no Doubt In Join Us
you Can Decide The Future
devote Your Youthful Power To This World
come Together, Hand In Hand Together
i Know You'll Do
we Pray And Believe
that Tomorrow Will Be Better.

come Out From Your Corner
no Doubt In Join Us
you Can Decide The Future
devote Your Youthful Power To This World
come Together, Hand In Hand Together
i Know You'll Do
we Pray And Believe
that Tomorrow Will Be Better.

come Out From Your Corner
no Doubt In Join Us
you Can Decide The Future
devote Your Youthful Power To This World
come Together, Hand In Hand Together
i Know You'll Do
we Pray And Believe
that Tomorrow Will Be Better.

Selasa, 27 Juli 2010

FOLLOW YOUR HEART

FOLLOW YOUR HEART
(1 Timotius 1: 8-20)

Suatu hari ada seorang ayah dan anaknya hendak menjual kerbau ke pasar yang jaraknya agak jauh dari tempat tinggal mereka. Awalnya mereka berjalan beriringan sambil memegang tali pengikat kerbau. Semakin lama berjalan mereka mulai merasa lelah. Akhirnya si ayah menyuruh anaknya untuk naik ke atas kerbau untuk mengurangi lelah. Ketika si anak naik ke atas kerbau, orang-orang yang mereka jumpai berkata, "Dasar, anak kurang ajar. Ayahnya yang begitu tua disuruh berjalan, sedangkan dia enak-enakan duduk di atas kerbau." Mendengar hal ini, ayah dan anak sepakat untuk berganti tempat. Si ayah naik ke atas kerbau sedang si anak menarik tali kerbau. Di tengah jalan, orang-orang mengeluarkan pendapatnya, "Ayah seperti apakah dia? Begitu teganya membiarkan anaknya yang masih kecil berjalan dan menuntun kerbau sementara dia duduk enak di atas kerbau." Ayah dan anak berhenti mendengar komentar ini. Mereka berpikir keras bagaimana caranya agar mereka dianggap adil. Akhirnya mereka sepakat untuk berdua naik ke atas tubuh kerbau dan memakai tali pengikat sebagai kekang kerbau. Namun di tengah jalan, mereka mendengar orang banyak berkomentar, "Dasar manusia yang tidak berperi kebinatangan. Kerbau mau dijual dan dipotong saja, masih dipaksa harus menggendong mereka." Akhirnya apa yang ayah dan anak ini lakukan? Mereka berdua menggendong kerbau itu sampai ke pasar.

Dari cerita diatas kita jadi belajar bahwa menentukan pilihan yang benar tidaklah mudah, apalagi kalo kita harus ngikutin omongan banyak orang makin runyam…
Keputusan dan pilihan-pilihan apa yang biasa dihadapi oleh anak muda jaman sekarang?
• Memutuskan mau sekolah/ kuliah dimana…
• Memutuskan penjurusan/ bidang minat apa…
• Memutuskan profesi/ pekerjaan apa…
• Memutuskan mo jalan/ pacaran dgn ce/ co yang mana…
Apa yang paling menentukan dalam pengambilan keputusan yang kalian lakukan? Hati nurani kita

Timotius dipersiapkan oleh Paulus sebelum dia "dilepas" untuk mengajar dan memimpin jemaat Kristen. Ada tiga persiapan yang dilakukan oleh Paulus kepada Timotius.

Pertama, Paulus mempersiapkan Timotius untuk mengenali "musuh" dalam pelayanannya, yaitu para pengajar sesat (1 Tim. 1: 3-11).

Kedua, persiapan memaknai panggilan Tuhan sebagai dasar dari pelayanan Timotius. Paulus memakai pengalaman pribadinya yang berdosa, ditangkap oleh Kristus, dan diberikan kepercayaan untuk melayani Tuhan (1 Tim. 1: 12-17).

Ketiga persiapan yang dilakukan oleh Paulus, yaitu persiapan mental Timotius untuk menghadapi lapangan pelayanan(1 Timotius 1: 18-20)

Paulus mengingatkan bahwa tugas menggembalakan jemaat Efesus bukan tugas yang mudah. Timotius harus melakukan tugas ini dengan perjuangan. Kata "memperjuangkan perjuangan yang baik" (ay. 18) menunjukkan bahwa tugas ini harus dilakukan dengan usaha yang keras dan menghadapi rintangan. Perjuangan yang baik, menurut Paulus, hanya dapat dilakukan Timotius apabila didasari oleh iman dan hati nurani yang murni (ay. 18b).

Mengapa iman?

Dan mengapa hati nurani yang murni?

Perjuangan yang didasari oleh "iman" yang Paulus maksudkan adalah iman kepada Kristus. Ketika Timotius tetap berpegang pada iman kepada Kristus, maka secara otomatis pula dia akan mengajarkan segala sesuatu yang diajarkan oleh Kristus - bukan ajaran lain.

Kata "hati nurani" dalam bahasa Yunani digunakan istilah suneidesis. Kata ini sepadan dengan kata conscientia (Latin) atau conscience (Inggris). Apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, kata "hati nurani" ini berkaitan dengan kesadaran manusia. Kesadaran ini berkaitan dengan pengertian tentang yang baik dan buruk; yang benar dan yang tidak benar. Kesadaran ini yang mendorong manusia untuk bertindak sesuai dengan apa yang disadarinya. Apabila hati nuraninya berisi hal-hal yang jahat, maka dia akan melakukan tindakan yang jahat. Begitu pula sebaliknya dengan hati nurani yang baik.

Hal menarik lainnya dari nasihat Paulus adalah kata "iman" dan "hati nurani" yang disebutkan tanpa terpisah. Sekalipun kedua kata tersebut dibedakan, namun keduanya didekatkan menjadi satu "paket" yang menyatu dan tidak bisa dilepaskan. Dengan penyatuan kedua kata ini, seolah Paulus ingin menegaskan bahwa hati nurani yang berisi kesadaran untuk membedakan yang baik dan jahat - harus bersumber pada pengertian iman kepada Kristus. Sebab hati nurani manusia bisa saja berisikan hal yang jahat (Ibrani 10:22). Hanya orang yang beriman kepada Kristus maka hati nuraninya akan berisi hati nurani yang dapat membedakan benar dan jahat dengan terang kebenaran Kristus.

Inti dari perikop diatas menjelaskan pentingnya mengikuti hati nurani yang berdasarkan iman kepada Kristus dalam menentukan pilihan di hidup. Sebab selain suara manusia yang muncul dalam hati nurani, Tuhan pun dapat berbicara kepada kita melalui hati nurani.

Mari kita simak lagu Nugie yang berjudul "Lentera Jiwa" dan kita akan merefleksikan lagu tersebut.

LENTERA JIWA
By Nugie

Lama sudah kumencari
apa yang hendak kulakukan
segala titik kujelajahi
tiada satupun kumengerti
tersesatkah aku... di samudera hidup..
Kata-kata yang kubaca
terkadang tak mudah kucerna
bunga bunga dan rerumputan
bilakah kau tahu jawabnya
ini jalanku...inikah takdir

Kubiarkan kumengikuti suara dalam hati
yang selalu membunyikan cinta
Kupercaya dan kuyakini
murninya nurani menjadi penunjuk jalanku
LENTERA JIWAKU

Bahan Refleksi:
a.Pesan apa yang Nugie ingin sampaikan dalam lagu "Lentera Jiwa."
b.Mengapa suara hati/hati nurani disebut Nugie sebagai petunjuk jalannya?
c.Menurutmu, bagaimanakah caranya mengikuti hati nurani?




Sabtu, 05 Juni 2010

KILLER STATEMENT

KILLER STATEMENT

Ada sebuah istilah komunikasi negatif dalam Kecerdasan Emosional yang disebut killer statement. Apa itu killer statement? Gampangnya, killer statement itu adalah segala bentuk pernyataan kita yang kita keluarkan, sadar maupun tidak, tetapi melukai dan mampu merusak mental maupun semangat orang lain.

Jenis-jenis killer statement ini, tanpa sadar kita dengar setiap hari, atau barangkali tanpa sadar kita keluarkan dengan maksud bercanda, memotivasi, tapi justru merusak.

Nah, kalimat-kalimat perusak jiwa yang menghasilkan perasaan yang negatif pada diri seseorang itulah yang seringkali kita sebut killer statement.

Menariknya, sejarah dunia komik pun pernah mencatat akibat buruk dari killer statement yang pernah diterima oleh dua anak bernama Jerry Siegel dan Joe Shuster. Kisahnya begini. Di masa depresi yang melanda Amerika pada 1933, Jeery Siegel mempunyai ide menciptakan seorang tokoh pahlawan anak-anak yang mempunyai kemampuan luar biasa.

Tenaganya lebih kuat dari besi, bisa terbang dan asalnya dari planet lain. Maka, bersama dengan temannya yakni Joe Shuster yang pandai melukis, diciptakanlah untuk pertama kalinya gambaran manusia baja tersebut. Tetapi gambaran komik manusia super itu tidaklah begitu menarik. Kecaman dan kritikan diterima.

Selama enam tahun berturut-turut komiknya pun ditolak sana-sini.

Hingga akhirnya, puncak kehancuran mental Siegel dan Shuster terjadi saat mereka mendengar ada editor dari Detective Comics yang membutuhkan komik strips. Lantas mereka pun mencoba menjual kepada mereka.

Tapi, saat membuka-buka dan menlihat gambaran komik mereka, para editor pun tertawa dan berkata, "Wah, nggak akan ada yang percaya dengan ide komik seperti ini. Gambarnya murahan dan tak mungkin laku dijual". Maka, karena sudah terlalu frustrasi dengan penolakan dan yang menghancurkan itu, Shuster dan Siegel akhirnya sepakat menjual komik serta segala hak ciptanya kepada Detective Comics hanya
senilai US$130.

Perhatikan baik-baik, hanya seharga US$130 ! Tapi, itulah kesalahan terbesar Siegel dan Shuster akibat terlalu mendengarkan killer statement yang diterimnya. Karena, beberapa saat setelah komiknya dibeli, karakter komiknya ternyata menjadi pujaan. Anda pasti bisa menebak. Itulah tokoh Superman, manusia Krypton dengan kemampuan terbang, penglihatan super serta kekuatan fisik yang luar biasa.

Komik Superman menjadi begitu laris, hingga difilmkan, karakternya menjadi tokoh idola anak-anak. Sementara Shuster dan Siegel, penciptanya yang pertama, hanya bisa gigit jari. Tokoh Superman menjadi populer dan meraup keuntungan miliaran dolar AS. Tapi tokoh penciptanya hanya mendapat US$130, bahkan hidup dalam utang dan kemiskinan.

Untungnya, pada 1975 setelah mendapatkan tekanan bertubi-tubi dari publik yang menganggap Detective Comics tidak berperikemanusiaan dengan membiarkan pencipta Superman hidup dalam miskin, akhirnya Detective Comics sepakat memberikan jaminan finansial. Tetapi, kalau kita melihat kembali, itulah harga dari sebuah killer statement yang
telah menghancurkan karir dan kehidupan dua orang bocah bernama Shuster dan Siegel.

Pembaca, kisah ini kiranya membuat kita sadar akan bahaya dari killer statement dalam hubungan interpersonal kita. Memang, kadang killer statement ini diucapkan tidak dengan intensi yang negatif, tapi dampaknya, sungguh merusak! Namun, bisa juga killer statement ini diucapkan dengan maksud khusus untuk menjatuhkan mental orang yang mendengarnya.

Untuk itu, ada beberapa tip penting bagi kita.
Pertama,
hati-hati dengan killer statement yang mungkin kita ucapkan baik kepada anak Kita, pasangan hidup kita, rekan kerja maupun bawahan kita. Killer statement ini menunjukkan bahwa kalimat yang diucapkan tanpa pertimbangan, bisa membunuh potensi, kemampuan maupun karakter baik seseorang.

Karena itu, kalaupun Anda sedang stress, sedang tidak dalam kondisi mood untuk bicara, merasa tidak puas dengan hasilnya, ataupun merasa tidak suka dengan apa yang Anda saksikan, usahakan untuk menghindari menggunakan kalimat yang bernada menghancurkan atau mencela.

Kedua,
kita sendiri sebagai orang yang akan dan biasa menerima killer statement dari orang-orang di sekitar kita, lebih baik kita siapkan Anti virus bagi kita sendiri. Anti virus ini berisi kalimat lain yang kita ucapkan pada diri kita sendiri, meskipun orang lain sudah mengatakan killer statement itu kepada kita. Salah satu latihan yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan kalimat penguatan positif (Red: bisa diambil dari Firman Tuhan) yang cepat menetralkan meskipun orang lain telah mengatakan hal yang buruk kepada Anda.

Menariknya, juga di salah satu acara kontes menyanyi, ada seorang penyanyi kondang yang sudah tua, tapi diundang menjadi tamu untuk juri. Saat itu ada seorang penyanyi yang mendapat penilaian buruk dan tersingkir. Saat sebelum mundur, si penyanyi tua ini memberikan nasihat, "Jangan pedulikan hasil penilaian ini buatmu. Yang penting adalah kuatkanlah dirimu terus. Saya pun tidak pernah menjuarai kontes menyanyi, toh dengan kegigihan, saya bisa menjadi seorang penyanyi. Teruslah berlatih dan buktikan dirimu bisa berhasil". Wow, mata saya berkaca-kaca mendengar motivasi dari sang artis dan bintang penyanyi tua ini.

Sungguh suatu kata-kata penguatan yang luar biasa. Andapun harus mengatakan hal yang sama kepada diri Anda, saat Anda diberikan kata-kata negatif ataupun killer statement. Ingatlah, jangan sampai potensi dan kemampuan Anda dirusak oleh kata-kata dari kalimat orang yang tidak bertanggung jawab. Merekalah yang sebenarnya punya masalah dengan diri mereka. Jangan biarkan mereka merusak diri Anda. Jangan biarkan mereka mencuri mimpi Anda.

Sumber: Killer Statement oleh Anthony Dio Martin

Selasa, 20 April 2010

Pergumulan Rohani Pembina Kerohanian Anak.


puisi doa yang ditulis oleh Leslie Pinckney Hill yang melukiskan pergumulan rohani pembina kerohanian anak.

Guru:

Tuhan, siapakah aku ini sehingga boleh mengajarkan jalan-Mu hari lepas hari kepada anak-anak-Mu?

bukankah aku pun rawan tersesat?


Aku mengajarkan mereka pengetahuan,

namun aku menyadari

betapa kecilnya cahaya lilin pengetahuanku.


Aku mengajarkan mereka kuasa

untuk berkehendak dan berbuat

tetapi sekarang barulah aku melihat

kelemahan demi kelemahanku.


Aku mengajarkan mereka untuk mengasihi

semua manusia dan semua ciptaan Tuhan

namun aku menyadari

bahwa kasihku masih jauh dari cukup.

Tuhan, jika aku harus tetap menjadi

pemandu bagi mereka

Oh biarlah anak-anak kecil itu melihat

bahwa guru mereka bersandar erat-erat pada Engkau.

Tiga Tantangan yang dihadapi Guru Sekolah Minggu


Tugas rutin sehari-hari juga berpengaruh terhadap kesehatan jiwa, seperti kecemasan dan depresi. Dukungan sosial turut mempengaruhi reaksi seseorang dalam menghadapi stres. Dukungan sosial mencakup (a) dukungan emosional, seperti rasa dikasihi; (b) dukungan nyata, seperti bantuan atau jasa; dan dukungan informasi, misalnya nasehat dan keterangan mengenai masalah tertentu.
Rick dan Kathy Hicks, dalam buku mereka, boomers, Xers, and Other Strangers, menjabarkan keempat generasi yang hidup pada abad 20 ini. Mereka yang lahir dalam kurun 1901-1945 mendapat julukan, builders; yang lahir di antara 1946-1964, baby boomers; yang lahir pada periode 1965-1976, Generation X atau Xers; sedangkan yang lahir dalam masa 1977-1997 disebut Net Generation atau N-Geners. Menurut mereka, ternyata setiap generasi memiliki karakteristiknya masing-masing, termasuk dalam soal pernikahan. Generasi builders pada umumnya menikah sekali untuk seumur hidup; boomers kebanyakan menikah kemudian bercerai terus menikah kembali; Xers hidup sebagai orangtua tunggal, baik karena pilihan atau perceraian; sedangkan pola N-Geners belum terlihat berhubung usia mereka yang masih muda.
Meski klasifikasi generasi di Amerika ini belum tentu seratus persen identik dengan pemilahan generasi di Indonesia, namun saya kira, sedikit banyak ada kesamaan di antara keduanya. bukankah mereka yang dilahirkan dan dibesarkan sebelum dan pada masa Perang Dunia II cenderung mempertahankan pernikahan mereka sampai kematian (builders)? bukankah kita mulai mengenal perceraian di kalangan mereka yang sekarang berusia sekitar empatpuluhan ke atas (baby boomers)? Walau saya tidak mempunyai data statistiknya, namun saya bisa memberi kesaksian bahwa cukup banyak dari mereka yang sekarang mencari bantuan konseling pernikahan adalah mereka yang berusia tigapuluhan (Generation-X). Saya kira fenomena di Amerika juga terjadi di Indonesia kendati dalam skala yang mungkin lebih kecil atau lebih tersembunyi.
Saudara sekalian, anak-anak yang Tuhan percayakan kepada Saudara termasuk dalam Net Generation atau Generasi Net. Dari pemberian namanya, kita bisa menduga bahwa generasi anak sekarang ini adalah generasi yang sangat akrab, bukan saja dengan penggunaan komputer, tetapi juga dengan dunia maya yang kita masuki dan jelajahi melalui Internet. Sebagai pembina kerohanian anak, kita mesti memahami lingkup kehidupannya sebab konteks di mana mereka hidup akan dengan pasti mempengaruhi, bukan saja jalan hidup, tetapi juga nilai hidup dan cara pikir mereka. Saya akan mencoba memaparkan tiga ciri Generasi Net ini agar kita bisa mulai mempersiapkan diri memberi didikan yang terarah kepada mereka.
Tantangan Zaman
Pertama, melebihi pendahulu mereka, Generasi Net akan memberi penekanan yang besar pada penampilan lahiriah. Saya mengantisipasi bahwa mereka akan memiliki tiga ketakutan, terutama pada masa remaja mereka, yakni: (a) takut gemuk. (b) takut bodoh. (c) takut miskin.
Gemuk berarti menjadi orang yang tidak menarik dan tidak sehat. Nilai-nilai kehidupan yang sekarang memasuki mereka membentuk pola pikir mereka untuk menjadi orang yang ramping. Tidak ramping, berarti tidak menarik. Mereka juga takut bodoh sebab nilai-nilai di sekitar mereka mengondisi untuk melombakan prestasi akademik mereka. Sejak kecil mereka diarahkan untuk masuk ke sekolah favorit agar mereka kelak menjadi manusia favorit pula. Dengan kata lain, tidak masuk sekolah favorit berarti tidak menjadi anak favorit.
Mereka pun takut miskin karena kemiskinan akan memisahkan mereka dari arus kehidupan sekarang yang sangat bergantung pada kemampuan moneter. Tanpa uang yang cukup, mereka tidak akan mampu membeli barang bermerek dan tanpa barang bermerek, seakan-akan mereka menjadi tidak bermerek pula. Belum pernah suatu generasi dikuasai oleh pentingnya merek seperti Generasi Net ini. Dahulu kala merek ada tetapi hanya untuk jenis barang tertentu dan secara kuantitas, tidak banyak merek yang beredar. Sekarang merek telah melanda hampir setiap jenis barang, dari shampoo, pasta gigi, kain, cat rumah, porselain, kendaraan bermotor dan tidak bermotor seperti sepeda; Saudara sebutkan jenis barangnya, hampir dapat dipastikan akan ada merek terbaiknya.
Beberapa tahun lalu anak-anak hanya dapat memimpikan memiliki hard-disk yang berkapasitas satu giga-bite. Sekarang, dengan mudah mereka mempunyai hard-disk berkapasitas sembilan giga-bite dan permainan yang tersedia makin hari makin canggih pula dan makin membutuhkan kecepatan yang bertambah tinggi dan ruang hard-disk yang bertambah besar. Games yang populer sebulan yang lalu dengan segera menjadi barang kuno yang usang. Untuk tetap mengikuti arus kehidupan, anak-anak Generasi Net harus terus-menerus membeli yang lebih baru dan lebih canggih. Saya ingin menggarisbawahi kata-kata "terus-menerus" dan "lebih" sebab itulah yang terjadi dan telah menjadi motor yang menggerakkan mereka.
Bukan itu saja! Pada setiap jenis barang dapat ditemukan beberapa, bukan hanya satu merek yang melambangkan mutu yang tinggi. Semua ini meminta satu prasyarat yakni uang; tidak heran uang menjadi sangat penting bukan saja untuk memuaskan hasrat pribadi tetapi juga untuk mendapatkan tempat di dalam kehidupan ini. Miskin berarti kehilangan tempat kita mendudukan diri di tengah masyarakat di sekitar kita. Itu sebabnya saya menyimpulkan bahwa Generasi Net akan sangat berorientasi pada penampilan, jauh melampaui generasi-generasi sebelumnya.
Kedua, sebagai perpanjangan dari penekanan yang kuat pada yang lahiriah, Generasi Net akan mengenal Tuhan demi pengenalan itu sendiri, bukan untuk menjadi seperti yang Tuhan kehendaki. Dengan kata lain, Generasi Net akan lebih menitikberatkan pada aspek knowing, lebih daripada doing atau being. Pengetahuan rohani akan menggantikan kehidupan rohani dan kepasifan akan mendominasi, baik ibadah maupun pelayanan.
Mengenal Tuhan akan menjadi proyek yang menggairahkan karena sarat dengan misteri dan memenuhi ruang keingintahuan manusia. Mengenal Tuhan di sini bukan saja dicapai melalui olahan mental tetapi melalui pengalaman. Masalahnya, pengalaman di sini bukanlah pengalaman aktif melainkan pengalaman pasif di mana manusia menjadi pengamat atau penonton yang kegirangan melihat Tuhan bekerja. Yang terhilang adalah melakukan yang Tuhan tuntut dan menjadi seperti yang Ia kehendaki. Yang bertaburan ialah para analis atau pengamat rohani yang pasif tetapi girang.
Pada umumnya gereja akan dipenuhi oleh dua jenis orang Kristen. Jenis pertama adalah mereka yang tertarik pada hal-hal rohani namun terbatas pada kedalaman intelektual belaka. Mereka akan berduyun-duyun menghadiri seminar rohani atau pembinaan iman tetapi berhenti sampai di sana. Kelompok jenis ini tidak terlalu bermotivasi untuk terlibat dalam pelayanan sebab pelayanan menuntut pengorbanan—suatu karakteristik yang akan makin langka di kalangan Generasi Net. Kelompok kedua adalah mereka yang akan rela terlibat dalam pelayanan namun tidak bertumbuh dalam kedalaman dan kekuatan otot iman, berhubung mereka lebih berperan sebagai penonton perbuatan Tuhan yang ajaib.
Kemakmuran yang dinikmati Generasi Net membuat mereka menjadi orang yang kurang berinisiatif dan kurang dipaksa merentangkan otot iman. Hidup yang serba tersedia mencetak mereka menjadi orang yang cukup dan tidak memerlukan Tuhan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dunia maya dan kecanggihan teknologi komputer telah menciptakan mentalitas pengamat atau analis. Mengenal Tuhan menjadi sesuatu yang dinikmati karena—bak memainkan computer games—penuh tantangan dan rangsangan intelektual. Lebih lanjut, perkembangan e-commerce dan e-mail makin mendorong mereka menjadi orang yang pasif serta tidak sabar dengan yang namanya, proses.
Mengenal Tuhan secara mendalam menuntut proses, baik mental ataupun waktu; tidak ada jalan pintas atau pengkarbitan. Saya khawatir, Generasi Net tidak menoleransi dan tidak mengakomodasi perjalanan proses dalam pertumbuhan rohani mereka. Tanpa proses, mereka menjadi orang rohani yang dangkal. Bagi mereka yang menyukai stimulasi intelektual, mereka akan menjadi analis rohani. Bagi yang tertarik pada pengalaman, akan puas menjadi penonton performa Tuhan dalam hidupnya. Alhasil, gereja akan dipenuhi oleh bonsai-bonsai rohani.
Ketiga, Generasi Net adalah anak-anak yang kurang atau tidak mempunyai idealisme. Mereka dibesarkan di rumah yang jauh dari sempurna; sebagian dari mereka malah bertumbuh hanya dengan satu orang—bukan sepasang—orangtua. Mereka kurang atau tidak memiliki panutan moral yang dapat mereka teladani. Orangtua sering bertengkar atau tidak setia dan akhirnya bercerai. Masyarakat hidup dengan ketidakpastian moral dengan makin menjamurnya kasus korupsi serta ketidakadilan dan hampir tidak adanya balasan hukum yang setimpal. Figur hamba Tuhan yang berbudi luhur tanpa cacat moral dan penuh pengabdian menjadi makin langka dan gereja, yang seharusnya merupakan kumpulan orang berdosa yang berusaha hidup suci telah berubah menjadi kumpulan orang yang disucikan namun hidup penuh dengan dosa.
Generasi Net adalah generasi yang pesimis dan skeptik terhadap kebenaran. Bagi mereka, kebenaran merupakan wacana abstrak nan indah, yang telah kehilangan relevansinya dalam kehidupan konkret. Pembina kerohanian anak akan menghadapi tantangan dalam memotivasi anak melakukan hal yang luhur sebab mereka akan bertanya, "Masih adakah orang yang hidup saleh seperti Tuhan Yesus dan hamba-hamba-Nya? Masih adakah hamba Tuhan yang mengabdikan segenap hidupnya tanpa pamrih? Masih adakah orang Kristen yang tidak mementingkan uang? Masih adakah hamba Tuhan yang rela mati bagi Tuhan?" Pertanyaan yang absah—sangat absah—untuk mendapat jawaban yang jujur dan seadanya. Saya khawatir, kita akan menemukan kesulitan menemukan orang seperti itu. Generasi Net berkata, "Selamat tinggal, Idealisme!"
Respons Kristiani
Saya ingin menawarkan tiga saran untuk menjawab pengaruh zaman Generasi Net ini. Pertama, untuk merespons penekanan yang sangat kuat pada penampilan lahiriah, kita perlu mengembalikan definisi "indah dan buruk" kepada makna aslinya—makna Alkitab. Penampilan indah atau buruk, yang diwujudkan dalam ukuran gemuk-ramping, bodoh-cerdas, dan miskin-kaya, merupakan masalah nilai dan Firman Tuhan telah memberikan garis yang jelas tentang nilai. Tatkala Samuel memandang kakak Daud yang bernama Eliab, Samuel berpikir dialah yang akan diurapi Tuhan untuk menjadi raja Israel menggantikan Saul. Namun, perhatikan komentar Tuhan, "Janganlah pandang parasnya atau perawakannya yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati." (I Sam. 16:7)
Pembina kerohanian anak perlu mengingatkan anak bahwa yang Tuhan lihat atau yang Tuhan nilai adalah hati. Jadi, hatilah yang bernilai, bukan penampilan lahiriah. Secara sistematik, kita harus terus menerus mengajarkan bahwa menjaga penampilan, itu bijak, namun mengagungkan penampilan, itu sesat. Sejak kecil anak mesti mendasari harga dirinya bukan atas kecantikan, kepandaian, dan kekayaannya. Anak perlu memiliki perspektif yang tepat tentang hal-hal lahiriah dan tugas kitalah menanamkan nilai-nilai kekal ini ke dalam sanubarinya. Anak harus menyadari bahwa misi hidupnya bukanlah untuk mengesankan manusia, tetapi Tuhan dan Tuhan tidak terpukau oleh kemilau penampilan fisik yang indah.
Kedua, untuk menjegal lajunya konsep mengenal Tuhan yang tidak seimbang, kita harus menggeser penekanan dari knowing (mengetahui), ke being (menjadi). Dengarlah Firman Tuhan tentang masalah "sekadar tahu belaka":
"Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya Pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri."
"Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, Ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah Pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya."(Yakobus 1:22-24)
Mengetahui tanpa perbuatan tidak akan menciptakan manusia kristiani; ia hanya akan mencetak pengamat kekeristenan. Mengetahui tanpa perbuatan hanyalah akan menghasilkan pemikir Kristen, bukan orang yang berpikir kristiani. Mengetahui tanpa perbuatan hanya akan membuahkan ahli kekristenan, bukan orang Kristen. Mengetahui tanpa perbuatan hanya akan menelurkan penguasa Kristen, bukan orang yang dikuasai Kristus.
Alkitab menggambarkan orang yang batal menjadi pelaku Firman adalah orang yang (a) menipu dirinya dan (b) lupa dirinya. Ia menipu dirinya karena ia tahu ia bukanlah seperti Firman yang diketahuinya. Ia lupa dirinya karena pada akhirnya ia kehilangan dirinya. Ia tidak mempunyai identitas yang jelas lagi. Anak-anak Generasi Net dengan mudah dapat terperangkap dalam kedua jebakan ini. Pembina kerohanian anak harus terus mengajarkan anak untuk menjadi pelaku Firman. Melakukan Firman adalah satu-satunya cara untuk mendalamkan iman, bukan ceramah atau seminar.
Ketiga, untuk menumbuhkan kembali idealisme yang luhur itu, tidak bisa tidak, kita harus menjadi idealisme anak. Kita harus menjadi contoh hidup yang dapat disentuh dan dilihatnya; yang dapat dikenang dan dikutipnya. Kita mesti menjadi pahlawan rohani baginya; kita harus menjadi yang langka dan hampir punah itu. Kita harus mengatakan kepada anak didik kita bahwa masih ada orang yang mengabdi tanpa pamrih, yang saleh seperti Tuhan Yesus, dan yang rela mati bagi Tuhan.
Pada waktu Allah menetapkan Yeremia sebagai nabi, ia menolak. Jawabnya,"Ah, Tuhan Allah! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda." Namun, perhatikan teguran Tuhan: "Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapa pun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apa pun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kusampaikan." (Yeremia 1:6-7)
Kita pun mungkin berkata, "Ah Tuhan, saya ini masih guru sekolah Minggu." Kita bukan sekadar guru, kita adalah pembina kerohanian anak yang telah diutus kepada anak-anak itu. Kepada merekalah kita pergi dan di hadapan merekalah kita menjadi kesaksian hidup dan contoh nyata orang Kristen yang dapat mereka idealkan.
Kesimpulan
Pembina kerohanian anak mengemban tugas yang berat melawan arus zaman yang mengalir dengan deras. Tidak ada resep lain kecuali, ajarkan Firman Tuhan dengan setia kepada mereka dan jadilah pelaku Firman yang hidup bagi mereka. Firman Tuhanlah kayu sandaran mereka untuk bertahan melawan arus dan kitalah contoh orang yang terus bertahan melawan arus. Sudah tentu kita pun merupakan mitra sepergumulan dengan mereka; pada waktu yang tepat bagikanlah pergumulan yang kita harus lalui agar mereka pun berkesempatan melihat idealisme yang realistik, idealisme yang dapat mereka gapai dan ikuti. biarlah Firman Tuhan menjadi pegangan mereka dan kita menjadi harapan mereka untuk terus berpegang pada Firman Tuhan.

Penulis:
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Sumber:
Eunike

Rabu, 17 Maret 2010

MENCINTAI HINGGA TERLUKA

Rumus cinta di dunia ini adalah take and give...
Rumus cinta Allah mencintai hingga terluka…

Wah…mampu gak ya, kita meneladaninya?
Bagaimana rasanya sebuah luka di tubuh kita?
Sekecil apa pun itu pasti kita merasa tidak nyaman…

Suatu ketika saya sedang membagikan lembaran-lembaran kertas soal test masuk sekolah karena terburu-buru menariknya satu lembar kertas menyayat jari saya…walau luka itu sangat kecil tapi karena jari adalah bagian tubuh yang sering dipakai dan kadang kena air tidak nyaman juga rasanya…
Itu adalah luka oleh karena kecerobohan saya sendiri yang patut saya dapat karena saya kurang hati-hati…tapi bagaimana dengan luka yang kita rasakan ketika kita sudah mencurahkan seluruh hidup kita untuk mencintai seseorang atau luka yang kita rasakan akibat kita mencintai seseorang dengan seluruh hidup kita?

Memang kita bukan Allah yang mampu mencintai kita hingga diri-Nya terluka. Terluka hatinya oleh ludahan dan makian orang banyak, terluka fisiknya oleh mahkota duri dan cambukan, terhimpit palang salib dan paku yang menembus tangannya…
Namun sebagai orang percaya mungkin kita patut belajar meneladani-Nya …

Kita tentu juga pernah merasakan terluka…
Ketika kita sudah mencintai orang tua kita namun orang tua kita seperti tidak pernah merasa terpuaskan apa yang kita lakukan selalu salah di matanya.
Ketika kita sudah mencintai suami atau istri kita namun dia mengabaikan kita…atau tidak membalasnya..
Ketika kita sudah mencintai anak kita tetapi dia malah mengatakan ”jangan campuri urusanku”…
Ketika kita sudah mengasihi saudara kita tetapi dia tidak tahu berterima kasih malah menjelekkan nama kita…
Ketika kita sudah mengasihi sahabat kita tapi dia mengkhianati kita…
Ketika kita sudah mengasihi tetangga kita tapi dia terlalu sering memanfaatkan kita…
Ketika kita mencintai seseorang namun tak terbalas…
Ketika mencintai seseorang yang tidak mungkin kita miliki…

Refleksi saya sangat singkat…
Yesus telah mengasihi kita hingga terluka, sampai kapan pun mungkin kita tidak akan pernah mampu menutup dan menyembuhkan luka-luka-Nya dengan perbuatan baik kita…karena itu kita tidak boleh jemu-jemu berusaha mengasihi orang lain…siapa pun mereka
Jika kita benar-benar pengikut Yesus yang sejati…maka kita harus siap mengikuti jejaknya yaitu mencintai orang lain hingga terluka…

Kamis, 28 Januari 2010

Pernikahan


Kau dilahirkan bersama-sama
dan bersama-sama pula engkau akan selamanya

Kau akan ada bersama
kala sayap-sayap putih kematian
Mengobrak-abrik hari-harimu

Ya, kau aka nada bersama
sebagaimana di dalam kenangan suci Tuhan

Namun biarkanlah tersedia ruang
di dalam kebersamaanmu
dan biarkanlah angin surga menari-nari
di antara kalian

Saling mencintailah,
namun jangan membuat belenggu cinta,
Lebih baik biarkan cinta menjadi
sebentang laut yang bergerak,
diantara pantai-pantai jiwamu.

Bernyanyilah dan menarilah
bersama-sama dan bergembiralah,
tapi biarkan masing-masing engkau
menghayati kesendiriannya.

Sebagaimana dawai-dawai kecapi tetap sendiri walau mereka bergetar dengan musisi yang sama

Dan tegaklah bersama-sama
tapi jangan berkumpul terlalu dekat;
karena tiang-tiang kuilpun berdiri terpisah
dan pohok Oak serta pohon Sipres
Tiada tumbuh dalam bayangan satu sama lain.

(Sang Nabi-Kahlil Gibran)

Rabu, 20 Januari 2010

UNCONDITIONAL LOVE


Mukjizat Cinta untuk Louisa

Kalau Tuhan sudah berkehendak, yang menurut manusia tidak mungkin, tetapi bagi Tuhan terjadi..... .indahnya. .jodoh adalah misteri...Allah Bapa...

Setiap wanita pasti mendambakan tubuh yang cantik dan ideal. Namun tidak demikian dengan Louisa Bernadette Indrawati ( 36 ) yang memiliki tubuh dengan tinggi hanya 74 cm.

Bukan hanya tubuh yang pendek, Louisa juga tidak memiliki kaki dan tangan yang sempurna seperti kebanyakan orang. Namun kondisi seperti itu, ia bisa menunjukan identitasnya sebagai wanita normal. Tidak perlu dikasihani dan tidak mau dibedakan dengan wanita normal lainnya. Louisa lahir sebagai anak dari pasangan Sukardji Kusno dan Maria Magdalena Sriyati pada tanggal 27 Mei 1974 di Kediri .

Ia menyadari kelainan yang ada pada dirinya sejak ia masih kecil. Keadaan itu menyebabkan ia sering minder dan menyendiri. Ia bertanya kepada orang-tuanya tentang keadaan tubuhnya, "Papa, mama kenapa Louisa punya tubuh begini, kok tidak sama dengan teman Louisa.

" Papa dan mamanya hanya berkata bahwa ia adalah anak yang luar biasa, yang tidak ada bedanya dengan anak lain. Tuhan memberikan keunikan kepada setiap anak. Setiap anak diberi kekurangan dan juga kelebihan. Louisa pasti memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh teman-temannya.

Akhirnya Louisa tumbuh dengan keyakinan dan semangat yang besar. Ia tidak minder sekalipun ia dianggap oleh banyak orang sebagai wanita yang aneh karena tubuhnya. Ia sekolah di sekolah normal dan terus belajar mandiri. Ia tidak mau sekolah di sekolah untuk anak cacat dan selalu mendapatkan prestasi akademik di sekolah.

Louisa kemudian masuk perguruan tinggi dan saat kuliah hukum atas anjuran ayahnya yang seorang jaksa, Louisa diam-diam, tanpa sepengetahuan orangtuanya, mengambil kuliah computer sampai lulus D3. Ia sangat tertarik dengan teknologi.

Lulus kuliah, Louisa bekerja di perusahaan computer. "Percaya diri itu memang ada, tapi saya tetap tahu diri dengan keadaan tubuh saya. Saya tak pernah terpikir menikah.

Saya mengadopsi bayi berumur 20 hari. Saya memberinya nama Maria Rosa Widya Buana."

Louisa mengasuh dan mendidik Rosa penuh kasih, sebagaimana seorang Ibu terhadap anaknya. "Dia juga selalu tiga besar," kata Louisa tersenyum ke arah Rosa yang berumur 12 tahun. Desember 1999,

Louisa ambil cuti tahunan dan berlibur ke Bali bersama Rosa . Kemana pun pergi, Louisa selalu membawa Alkitab. Ia berusaha dapat membacanya setiap hari. Louisa tahu pasti, kekuatan hidupnya terletak pada kedekatannya dengan Tuhan. Di pesawat, Louisa membaca Alkitab. Namun, tanpa sengaja Alkitab itu terjatuh.

Tiba-tiba saja laki-laki yang duduk di sebelahnya mengambilkan Alkitab itu, "Mbak, ini Alkitabnya". Louisa pun mengangguk menerima Alkitab dan berucap singkat, "Thanks." "Saya selalu berusaha menghindari perkenalan yang berkepanjangan dengan pria.. Saya takut jatuh cinta. Saya sadar betul akan diri saya," ungkapnya.

Pria tadi beberapa kali mengajaknya mengobrol yang dijawab singkat. Bahkan cenderung cuek. "Mbak, mbak kan orang Kristen, kok sombong sih?" Dug! Louisa benar-benar kaget dengan komentar itu. Sombong?

Sesungguhnya di hati yang paling dalam Louisa minder ! Selama ini ia sengaja tidak pernah ramah dengan setiap pria yang ditemuinya. Ia sadar ternyata sikapnya itu telah melukai orang lain. Ya, bukankah ia pengikut Kristus yang harus jadi berkat ? Perkenalan pun terjadi. Mereka bertukar alamat email dan nomor telepon.

Pria yang ganteng tadi bernama Handoyo Suryo yang kelahiran tahun 1963, dari keluarga yang bermukim di jalan Darmo, Surabaya . Setelah perkenalan itu, Handoyo menghubunginya Lalu mereka saling menelepon, kirim email, dan chatting.Persahabat an pun terjalin.

Satu kali, tanpa sengaja mereka bertemu kembali di Jogja saat keduanya tugas kantor. "Saya kaget bukan main. Saya lagi makan bareng dengan teman-teman di restoran. Eh, Handoyo juga di restoran itu. Akhirnya kami ngobrol satu meja." Selesai makan mereka kembali ke hotel masing-masing.

Saat berpisah itulah, Louisa merasakan hal aneh di hatinya. Ia berpikir tentang Handoyo. Jatuh cinta? Ah, tidak. Tidak! Louisa mencoba menepis perasaan lain dari sekadar persahabatan. Hati Louisa bergejolak. Entahlah, malam itu Louisa merasakan ketulusan Handoyo. Louisa berdoa, bertanya pada Tuhan tentang perasaan itu.

Tuhan seolah menjawab, "Handoyo itu orang baik". Sekitar tiga tahun lamanya bersahabat dan saling menguji sampai mana cinta itu melekat. Tiba-tiba Handoyo datang menemui Louisa sambil membawa cincin, "Will you marry me?" Louisa tersentak. Campur aduk perasaan dalam hatinya.

Betulkah? Seriuskah? Ah, tidak mungkin. Lamaran Handoyo saat itu terasa lebih sebagai penghinaan.. "Saya tepiskan cincin yang dibawanya. Saya marah. Saya bilang padanya, tidak. Ini tidak mungkin terjadi." Hatinya menangis. Lamaran itu ditolaknya.

Handoyo mencoba meyakinkan bahwa lamaran itu betul-betul serius. Louisa tak percaya. Setelah kejadian itu, hubungan mereka memburuk. Louisa tak mau mengangkat telepon dari Handoyo. SMS dan email pun tak dibalasnya. Handoyo benar-benar serius!

Lamaran kedua dilakukan. Ia membawa orangtuanya dari Surabaya datang ke Jakarta . Namun, ketegangan terjadi karena orangtua Handoyo sangat kaget melihat keadaan Louisa yang cacat, boncel tentu sangat impossible sekali.

Begitu juga teman-temannya serta keluarga mengolok-olok. Lamaran kedua pun akhirnya batal lagi. Ternyata Handoyo yakin benar Tuhanlah yang mempertemukan dan mengaturnya, bahwa Louisa adalah pasangan yang diberikan baginya. Itu selalu diucapkan pada Louisa,

"Mari kita sama-sama berdoa. Tuhan Maha ajaib Dia akan buka jalan." Menjawab keyakinan Handoyo, Louisa hanya berkata, "Kalau memang kehendak Tuhan, kamu pasti bisa meyakinkan orangtuamu dan orangtuaku."

Tepatnya Agustus 2004, doa itu terjawab. Handoyo dan keluarga datang melamar Louisa. Keharuan tak dapat dibendung. Orangtua Louisa menerima lamaran untuk anak sulungnya tanpa keraguan.

Empat bulan kemuddian, 13 Oktober 2004, Louisa dan Handoyo mengikat janji dalam sakramen pernikahan kudus di Gereja St. Vincentius A. Paulo, Kediri . Mereka berdua menikah diberkati karena Louisa dari agama Katolik sedangkan dari keluarga Handoyo masih dalam sekte lain.

Di hadapan pastor, umat, dan keluarga janji setia diucapkan. Mereka akan bersama dalam susah dan senang, dalam miskin dan kaya, dalam sehat dan sakit sampai maut memisahkan. "Sesuatu yang tidak pernah terpikirkan, diberikan Tuhan bagi saya. Saya diberi suami yang sangat baik," tutur haru wanita yang kerap bersaksi di berbagai gereja itu.

Juga Handoyo katakan tidak merasa menyesal karena Tuhanlah yang mempertemukan kami berdua, menyentuh serta menggemggam tangannya pun aliran cinta tetap mengalir sehingga bisa menikmati secara hakiki walaupun orang di sekitar sepertinya tidak rela menerima kami. Dua bulan menikah, Louisa terlambat datang bulan. "Saya piker ya biasalah mungkin karena capek. Tapi suami mendorong periksa ke dakter.

Menyampaikan hasil positif hamil, dokter melihat saya. Seperti tidak percaya. Saya dan suami juga tidak kalah kagetnya. Berita ini keruan saja menghebohkan keluarga.. Senang sekaligus khawatir. Apalagi setelah dokter menjelaskan bahwa kehamilannya sangat berisiko. Dokter pun menyarankan untuk aborsi demi keselamatan ibu dan anak. Handoyo dan Louisa terus berdoa.

"Setelah berdoa, saya yakin meneruskan kehamilan saya. Suami juga sepakat. "Setelah hamil enam bulan sepuluh hari, Rabu, 15 Juni 2005 tepat 07.40 WIB, Louisa melahirkan bayi perempuan yang diberi nama Maria Gabriella Handoyo di RSAB Harapan Kita

Louisa boleh cacat, tapi putrinya lahir mungil serta ini adalah nuansa keindahan serta menyatakan kemulian Tuhan. Hamil saja perut gendut sekitar 15 cm, tapi cara Tuhan sulit ditangkap lewat daya nalar manusia. Keluarga ini bermukim di Kelapa Gading, Jakarta-Utara.

Sungguh hari yang sangat bersejarah. Bukan hanya bagi Louisa, tapi juga dunia kedokteran. Di Rumah Sakit Harapan Kita, ditangani oleh tujuh orang dokter dan karena kandungannya ada kelainan.Louisa dioperasi sekitar 40 menit dan ia sempat mengalami stress, karena tensi darahnya mencapai 200.

Sungguh ajaib baji lahir tanpa gangguan, sehat dan tingginya 40 cm. benar-benar Tuhan luar biasa melakukan tanda mukjizat dan ajaib. Lahir seorang baji yang mungil perempuan yang cantik sehingga inilah yang menjadi kebanggaan bagi keluarga ini berkat bonus yang Tuhan berikan menutupi sudut pandang orang-orang yang meragukan.

Ada yang menanyakan walaupun keadaan seperti in apa yang dilakukan ke depan masaalah, prasarana keluarga dalam sesi ekonomi keuangan. Louisa memberikan jawaban, memang kebutuhan keluarga dari mana saja Tuhan beri, karena Tuhan tidak pernah membiarkan atau meninggalkan umat yang berharap kepadaNya.

Contoh untuk bayar operasi saja di rumah sakit ketika melahirkan dibutuhkan Rp.176 juta biaya perawatan, sedangkan uang yang ada hanya Rp. 35 juta.Dari mana dana bisa menutupi kebutuhan tersebut? Ternyata Tuhan itu tidak pernah terlambat semuanya bisa teratasi..

Sekarang Louisa masih bekerja, beraktifitas sebagai motivator dan turut tampil menyaksikan kemurahan Tuhan diundang sebagai pembicara dalam pelayanan antara lain media elektronik. Sedangkan suaminya (Handoyo) mengelola usaha computer dan menghasilkan income yang cukup memadai.

"Puji Tuhan. Tak habis-habisnya kami bersyukur pada Allah," kata wanita yang Juni 2005 tercatat di MURI sebagai wanita pertama Indonesia dengan ukuran tubuh 74 cm yang berhasil melahirkan.

Meski lahir amat premature, Gaby tumbuh dengan baik karena Louisa memberinya ASI. Tidak sampai disitu berkat Tuhan, tanpa disadari ada seseorang yang menyumbangkan sebuah mobil Kijang baru untuk keluarga ini di luar perhitungan secara logika.

Saat ini Louisa banyak memberikan kesaksian di berbagai tempat. Jika Tuhan kehendaki di satu saat Louisa akan datang ke Amerika Serikat.

Kesaksiannya banyak menguatkan orang lain dan memberi dorongan bahwa kalau kita terus melihat kelemahan kita tanpa memandang kepada kelebihan yang Tuhan sudah berikan maka kita tidak akan menjadi manusia seutuhnya. Louisa telah menjadi contoh tentang seorang yang telah menjadi besar sekalipun memiliki tubuh yang kecil.Jadi walaupun dianggap rendah oleh manusia tetapi dimuliakan TUHAN.